Jumat, 14 Desember 2012

LEMBARAN HITAM SEJARAH MATARAM




Judul Buku      : Amangkurat: Mendung Memekat di Langit Mataram
Penulis            : Ardian Kresna
Penerbit          : Diva Press
Tahun Terbit   : November, 2012
Tebal               : 448 halaman


Kekuasaan Mataram bergejolak pasca Sultan Agung mangkat. Amangkurat, putra mahkota tak mampu memegang kearifan kepemimpinan sang ayah. Di tangan pewaris tahta, tapuk kepemimpinan Mataram berubah wajah. Kekuasaan Mataram menjadi bengis. Karakter kepemimpinan Amangkurat keras. Gaya memimpin itu membuat ia banyak tak disukai orang istana maupun kerajaan-kerajaan lain yang berada di bawah pengaruh Mataram.

Prahara Mataram bermunculan. Gerakan oposisi Amangkurat dikumandangkan dari dalam dan luar istana. Di awal pemerintahan Amangkurat, banjir darah dan tumbal terjadi sebagai ekspresi pemberontakkan. Tumenggung Pasingsingan dan putranya Agrayuda, dibunuh lalu leher mereka dipenggal karena keduanya dianggap menghasut Pangeran Alit melakukan pemakzulan tahta Amangkurat. Nasib malang juga dialami Pangeran Alit, ia meninggal muda akibat niatnya ingin menggulingkan kekuasaan kakaknya, Amangkurat.
Rezim Amangkurat benar-benar murka pada siapa pun berani menentang titah sang raja. Oposisi dihabisi, siapa pun dia. Kematian Tumenggung Pasingsingan, Agrayuda, dan Pangeran Alit menjadi babak sejarah hitam Mataram. Amangkurat menumpas pemberontak. Sesepuh, ksatria, ulama, abdi dalem, prajurit, dan siapa saja merongrong kewibawaan kekuasaan Amangkurat ditumpas dengan cara keji, biadab.
Novel mengisahkan lembaran sejarah kelam Mataram ketika dipimpinan Raja arogan Amangkurat. Kesewenang-wenangan dan kekejaman Amangkurat Agung telah tergambar jelas sejak awal menduduki singgasana Mataram. Bukan saja keturunan biologis disingkirkan demi menjaga kekuasaan, kaum santri menentang kebijakan Amangkurat membangun benteng Istana Plered tanpa upah—mereka semua dibabat habis Amangkurat dan pasukannya.
Cara pemerintahan Amangkurat Agung begitu aneh. Orang-orang tua disingkirkan dari jabatannya dan kemudian dibunuh satu per satu dengan cara-cara yang licik dan keji. Teman-teman lama ayahnya yang turut membesarkan Mataram semakin banyak yang menghilang satu demi satu. Beberapa di antaranya bisa saja karena memang sudah berusia lanjut, tetapi kebanyakan karena telah mati dibunuh di atas perintah Raja. (hlm 53).
Amangkurat Raja haus darah, tahta, dan bahkan wanita. Kenikmatan dunia membawanya pada kehidupan nista. Ia dibutakan ambisi, libido, dan sihir kekuasaan. Bisikan setan mewarnai perjalanan panjang kepemimpinan Amangkurat yang membawa kekuasaan Mataram pada dunia dipenuhi kejolak: penolakkan dan pemberontakkan.
Firasat Buruk
            Tanda-tanda zaman kehancuran Mataram di bawah Raja arogan sebenarnya telah diramal salah seorang dalam istana. Dulunya ia tangan kanan Sultan Agung. Kangmas Pangeran Purboyo merupakan salah satu sesepuh kerajaan Mataram. Kangmas Purboyo memiliki kemampuan membaca kejadian masa lampau. Tentang masa kelam Mataram ia prediksi ketika pada suatu kesempatan Kangmas Purboyo berbincang dengan Adimas Wiroguna, orang dalam kerajaan.
            Jelang keberangkatan Kangmas Purboyo ke Blambangan untuk mengusir pasukan Bali yang menguasai wilayah ujung wetan Jawa atas perintah Kanjeng Amangkurat Agung, Kangmas Purboyo gelisah. Hati, pikiran, dan tindakan berkecamuk sekaligus tak percaya dengan firasat-kenyataan. Ia menggelisahkan kepemimpinan Amangkurat yang egois. Hampir semua saran dan nasihat demi kebaikan Mataram sering kali ditentang raja muda itu.
            “Engkau mempunyai firasat apa, Kangmas Purboyo?” Tanya Patih Wiroguno heran. “Perang saudara setelah generasi kita kelak, Adimas. Sungguh hal itulah yang sering kali aku cemaskan. Perasaan itu seperti menghantuiku setiap saat. Ah….Jika benar-benar terjadi, semoga saja umurku tak sampai terlalu panjang sehingga aku tak melihat kejadian yang mengerikan itu.
            Patih Wiroguno terkesiap mendengar ucapan Pangeran Purboyo yang tertekan itu. Matanya yang semakin mengabur seperti sedang menerawang jauh ke masa depan. Masa yang penuh dengan konflik untuk memperebutkan tahta oleh sesama keturunan Panembahan Senopati, sang pendiri Mataram. Apa yang diucapkan oleh saudara mendiang Sultan Agung itu tergambar begitu jelas di benaknya. Dan, tanda-tanda ke arah perang saudara sudah mulai tampak. (hlm 51-52).
            Gejolak Mataram sejak awal hingga beberapa tahun Amangkurat memimpin terus terjadi. Kudeta kekuasaan keturunan biologis Sultan Agung tak pernah redup. Riak-riak perlawanan kesewenangan Amangkurat datang silih berganti dari dalam istana Mataram, kerajaan Cirebon, Bali, Ujung Pandang, Kalimantan, Madura, Pati, dan kerajaan lain.
Titik balik sejarah hitam Mataram menjadi fakta memilukan. Koalisi pasukan Trunojoyo mengobrak-abrik Mataram. Amangkurat dan keluarga berhasil menyelamatkan diri menuju Betawi. Dalam pelarian, akhir cerita hidup mengenaskan menjadi takdir nasib mendedah Amangkurat. Ia meninggal akibat sakit dan racun dimasukkan ke dalam air yang diminum Amangkurat oleh putra sendiri, Raden Mas Tejoningrat.
            Ardian, lewat novel ini, membawa imaji pembaca pada babakan histori Mataram diliputi kegelapan. Amangkurat membawa kekuasaan Mataram pada zaman kemunduran. Arogansi kepemimpinan Amangkurat ditebus ongkos mahal: pemberontakkan dan penggulingan kekuasaan Mataram. Tragis.


3 komentar:

  1. saya tambahi informasi ya... http://fiksi.kompasiana.com/novel/2014/02/28/novel-mengutip-novel-curhat-colongan-penulis-amatir-638414.html

    BalasHapus
  2. Udah katam baca buku ini, ada lanjutanya gk ya. Masih penasaran ni

    BalasHapus
  3. MGM Grand in Las Vegas - JetXpress
    MGM Grand, 하남 출장안마 located at the MGM Grand Hotel & Casino in Las Vegas, Nevada, United 공주 출장샵 States, 광양 출장안마 The $275 million 여주 출장안마 MGM 여주 출장샵 Grand Hotel & Casino is a

    BalasHapus