Sabtu, 15 Desember 2012

KISAH PILU AKHIR KEHIDUPAN BUNG KARNO


Judul Buku      : Hari-Hari Terakhir Sukarno
Penulis              : Peter Kasenda
Penerbit          : Komunitas Bambu
Tahun Terbit   : 2012
Tebal               : 270 halaman

Penggulingan kekuasaan Sukarno melalui skema politik cerdik yang bengis: tragedi Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI), peristiwa Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang menyulut kontroversi, dan ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 yang mencabut mandat Sukarno sebagai presiden—rentetan peristiwa politik tersebut telah merubah jalan nasib Bung Karno.

Pasca kejadian memilukan itu, Sukarno berada pada titik ketidakberdayaan. Kekuasaan yang sebelumnya ia genggam hingga menjadikan Bung Karno sebagai Presiden Seumur Hidup, menjadikan ia sebagai Pemimpin Besar Revolusi, perlahan kharisma dan ketokohan bahkan pengaruh Sukarno semakin meredup.
Kudeta kekuasaan dibumbuhi penghianatan Soeharto bersama kroninya membuat kisah hidup Bung Karno justru antiklimaks bahkan paradoks. Pada masa jayanya Bung Karno adalah pemimpin bangsa yang begitu ditakuti di dalam dan dunia internasional. Pengaruhnya bahkan dirasakan di seluruh penjuru dunia ketika itu. Bung Karno adalah pemimpin Indonesia yang mengobarkan api perlawanan pada segala bentuk kolonialisme dan imperialisme di bumi.
Tetapi, ketokohan dan pengaruh Bung Karno harus ditebus dengan penghianatan dan kudeta. Bersama CIA, Soeharto, orang dekat Sukarno, menggerogoti kekuasaan Penyambung Lidah Rakyat, dengan berbagai tipu muslihat dan kelicikan. Bung Karno ditikam oleh saudara sebangsa sendiri.
Kekuasan Sukarno perlahan rontok. Ia tak segarang sebelumnya. Ia tak lagi memiliki taring yang dapat membakar emosi massa untuk melawan kolonialisme. Kharisma dan kekuasannya direnggut kudeta Pak Harto. Hari-hari hidup yang dijalani Sukarno dengan penuh penderitaan dan kesengsaraan.
Buku ini tak saja melukiskan secara deskriptif kehidupan Bung Karno setelah ia dikudeta namun dengan penuh refleksi serta kritik sejarah karya ini hadir di hadapan kita semua. Bagaimana siksaan demi siksaan dialami Sukarno kala itu. Ia diperlakukan tak adil oleh bangsanya sendiri.
Sejak penyerahan kekuasaan, Sukarno tak lagi bisa bergema di podium. Inilah kejadian yang terasa begitu menyakitkan. Sukarno tak bisa jauh dari massa. Seruan dan sorak sorai massa saat mendengarkan ia berpidato menjadi musik jiwa yang tak bisa tergantikan. Di sanalah ia hidup sebenar-benarnya. Ia merasa telah menyatu dengan rakyat. Sukarno merasa dimiliki dan dicintai. (hlm 187).
Namun suasana itu tak lagi ia dapatkan dalam kehidupan pasca penumbangan kekuasaannya. Ia dijauhkan dari rakyat dan keramaian. Rezim Soeharto telah membelenggu ruang gerak politik Bung Karno. Ia disingkirkan dengan sistematis dari gelanggang politik. Bahkan lebih tragis, Sukarno dipisahkan dari keluarga dalam keadaan sakit.
Kisah kelabu pemimpin besar bangsa. Masa akhir kehidupan dan cerita kekuasaan yang memilukan dari Bung Karno. Kudeta membuat ia dicampakkan negeri yang ia bela sejak muda. Nama besar, sumbangsih penting ia pada bangsa, serta karakter kuat yang melekat pada diri Sukarno hendak dilupakan dalam album sejarah modern Indonesia. Cerita dramatis dan tragis Sang Putra Fajar di akhir kehidupan.
Sebuah buku yang akan membantu pembaca, terutama generasi muda, tentang seorang Bapak Bangsanya. Buku ini akan lebih bagus lagi bila dilengkapi dengan gambaran bagaimana berbagai upaya untuk menenggelamkan nama Bung Karno tidak berhasil. Hingga sekarang, Bung Karno tetap menjadi idola jutaan warga negeri.
Di dunia internasional, nama Sukarno juga tak juga surut. Seperti ditunjukkan dalam peresmian Patung Lilin Bung Karno di Museum Maddame Tussaud di Bangkok pada 24 September 2012 yang lalu. 

1 komentar:

  1. Sangat disayangkan, Bung Karno dijatuhkan oleh konspirasi banyak orang, hingga kini belum ada pemimpin Indonesia yang idealis, merakyat dan sederhana seperti Bung Karno, komentar juga ya ke blog saya myfamilylifestyle.blogspot.com

    BalasHapus