Judul Buku :
99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis :
Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Edisi :
2011
Tebal :
412 halaman
Romantisme
Islam meninggalkan jejak kejayaan agama Samawi itu di masa lampau. Islam tidak
hanya besar di jaziriah Arab, ketika Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin agama
ini. Sepeninggal Muhammad dan diganti empat khalifah (Abu Bakar, Umar, Usman
dan Ali), pengaruh Islam makin meluas di berbagai belahan dunia.
Ekspansi
Islam bahkan sampai ke Eropa yang ditandai dengan banyaknya penduduk di benua
itu yang memeluk Islam. Padahal, di Benua Biru itu, tradisi, kebudayaan, norma,
etika moral, nilai, maupun kepercayaan masyarakat lebih dominan pengaruh Nasrani.
Namun, faktanya ketika itu Islam berkembang dan diterima oleh penduduk Eropa
dengan karakter masyarakat sekuler yang kental. Pengaruh Islam tampak jelas di
beberapa negara Eropa, seperti; Spanyol, Perancis, Austria, Turki dan Balkan.
Bukti
adanya kejayaan Islam di Eropa tampak dari beberapa bangunan kuno dengan
ornamen serta simbol-simbol Islam. Jejak-jejak sejarah Islam di Eropa itulah
yang menginspirasi lahirnya buku bertajuk 99
Cahaya di Langit Eropa. Buku ini, merekam napak tilas peninggalan Islam di
Eropa—hebatnya diantara bukti sejarah Islam tersebut hingga kini masih ada yang
terjaga dan terpelihara dengan baik.
Membuka
lembaran demi lembaran karya ini, pembaca seakan diajak berpetualang dan bahkan
berwisata religi di Benua Biru. Di sinilah pandainya penulis, imajinasi pembaca
dibawa menapaki peninggalan Islam dari masa lalu melihat setting sejarah kejayaan Islam, kemudian kembali ke masa kini
dengan jejak Islam yang mengagumkan di tanah Eropa.
Jejak
sejarah Islam yang tak hanya berupa bangunan fisik namun juga cerita tokoh. Dari
kisah misteri, apakah pemimpin besar Perancis Napoleon Bonaparte muslim sebelum
meninggal, adanya tulisan laa ilaaha
illallah di pinggiran hijab yang dikenakan Bunda Maria, serta adanya
warisan Islam pada lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus yang terdapat di Museum
Louvre. Selain itu, penanda Islam juga terdapat di Turki berupa masjid Hagia
Sophia, kota tua Cordova Spanyol yang menjadi saksi sejarah pertama kalinya
Islam masuk di negeri Matador itu. Dan masih banyak lagi, seperti Mezquita yang
dulunya digunakan sebagai masjid, serta kota Granada yang juga menjadi bukti
sejarah otentik yang mengisahkan tempat tersebut sebagai benteng pertahanan
terakhir Islam.
Jejak-jejak
sejarah kejayaan Islam di Eropa itu mendapat perhatian khusus dalam buku ini. Dengan
gaya bahasa yang enak dibaca khas jurnalis, pilihan diksi yang mudah dipahami,
serta alur cerita yang tak membingungkan, dan kemasan pesan moral yang tidak
menggurui, karya fiksi ini menambah khazanah kebudayaan Islam kontemporer yang
mengagumkan sehingga layak untuk dibaca.
Secara tersirat, anggapan bahwa semangat buku
ini seolah ingin membangkitkan spirit masa lalu Islam dengan romantisme
kejayaannnya tak dapat dielakkan. Romantisme sejarah Islam yang tak hanya
bercerita tentang masa silam yang hampa dan kosong makna. Namun, lebih dari
itu, adalah masa lalu Islam yang dapat menjadi kaca benggala, inspirasi, dan
motivator perubahan Islam yang lebih baik bagi generasi setelahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar