Sabtu, 15 Desember 2012

MENELUSURI JEJAK KEJAYAAN ISLAM DI EROPA


Judul Buku      : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis            : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Edisi                : 2011
Tebal               : 412 halaman 

Romantisme Islam meninggalkan jejak kejayaan agama Samawi itu di masa lampau. Islam tidak hanya besar di jaziriah Arab, ketika Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin agama ini. Sepeninggal Muhammad dan diganti empat khalifah (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali), pengaruh Islam makin meluas di berbagai belahan dunia.

Ekspansi Islam bahkan sampai ke Eropa yang ditandai dengan banyaknya penduduk di benua itu yang memeluk Islam. Padahal, di Benua Biru itu, tradisi, kebudayaan, norma, etika moral, nilai, maupun kepercayaan masyarakat lebih dominan pengaruh Nasrani. Namun, faktanya ketika itu Islam berkembang dan diterima oleh penduduk Eropa dengan karakter masyarakat sekuler yang kental. Pengaruh Islam tampak jelas di beberapa negara Eropa, seperti; Spanyol, Perancis, Austria, Turki dan Balkan.
Bukti adanya kejayaan Islam di Eropa tampak dari beberapa bangunan kuno dengan ornamen serta simbol-simbol Islam. Jejak-jejak sejarah Islam di Eropa itulah yang menginspirasi lahirnya buku bertajuk 99 Cahaya di Langit Eropa. Buku ini, merekam napak tilas peninggalan Islam di Eropa—hebatnya diantara bukti sejarah Islam tersebut hingga kini masih ada yang terjaga dan terpelihara dengan baik.
Membuka lembaran demi lembaran karya ini, pembaca seakan diajak berpetualang dan bahkan berwisata religi di Benua Biru. Di sinilah pandainya penulis, imajinasi pembaca dibawa menapaki peninggalan Islam dari masa lalu melihat setting sejarah kejayaan Islam, kemudian kembali ke masa kini dengan jejak Islam yang mengagumkan di tanah Eropa.
Jejak sejarah Islam yang tak hanya berupa bangunan fisik namun juga cerita tokoh. Dari kisah misteri, apakah pemimpin besar Perancis Napoleon Bonaparte muslim sebelum meninggal, adanya tulisan laa ilaaha illallah di pinggiran hijab yang dikenakan Bunda Maria, serta adanya warisan Islam pada lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus yang terdapat di Museum Louvre. Selain itu, penanda Islam juga terdapat di Turki berupa masjid Hagia Sophia, kota tua Cordova Spanyol yang menjadi saksi sejarah pertama kalinya Islam masuk di negeri Matador itu. Dan masih banyak lagi, seperti Mezquita yang dulunya digunakan sebagai masjid, serta kota Granada yang juga menjadi bukti sejarah otentik yang mengisahkan tempat tersebut sebagai benteng pertahanan terakhir Islam.
Jejak-jejak sejarah kejayaan Islam di Eropa itu mendapat perhatian khusus dalam buku ini. Dengan gaya bahasa yang enak dibaca khas jurnalis, pilihan diksi yang mudah dipahami, serta alur cerita yang tak membingungkan, dan kemasan pesan moral yang tidak menggurui, karya fiksi ini menambah khazanah kebudayaan Islam kontemporer yang mengagumkan sehingga layak untuk dibaca.
Secara tersirat, anggapan bahwa semangat buku ini seolah ingin membangkitkan spirit masa lalu Islam dengan romantisme kejayaannnya tak dapat dielakkan. Romantisme sejarah Islam yang tak hanya bercerita tentang masa silam yang hampa dan kosong makna. Namun, lebih dari itu, adalah masa lalu Islam yang dapat menjadi kaca benggala, inspirasi, dan motivator perubahan Islam yang lebih baik bagi generasi setelahnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar